Selasa, 28 Februari 2017
SEJARAH PERANG DIPONEGORO
Sejarah Perang Diponegoro dan Sebabnya.
Pertama kita bahas terlebih dulu sebab-sebab terjadinya perang ini. Ada 2 sebab yaitu sebab umum dan sebab khusu terjadinya perang Diponegoro. Berikut penjelasannya.
Sebab Umum:
A. Rakyar terlilit berbagai hutang dan berbagai bentuk pajak.
B. Pemerintah kolonial Belanda ikut campur dalam kehidupan politik kerajaan.
C. Rakyat menderita, sementara kehidupan kerajaan berhura-hura.
Sebab Khusus:
Pangeran Diponegoro tersingkir dari kalangan elit kekuasaan karena menolak berkompromi dengan pemerintah kolonial. Pangeran Diponegoro memilih untuk mengasingkan diri ke Tegalrejo.
Pemerintah kolonial melakukan provokasi dengan membuat jalan yang menerobos makam leluhur dari Pangeran Diponegoro.
Dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut, membuat Pangeran Diponegoro tidak dapat menahan kesabarannya lebih lama lagi. Permintaan beliau untuk mengganti patih yang saat itu menjabat ditolak oleh residen. Sebab itulah beliau menyuruh agar tonggak-tonggak pemancang yang ada di jalan diganti dengan bambu runcing. Akibat tindakannya tersebut, akhirnya Belanda melalui Pangeran Mangkubumi memutuskan untuk memanggil beliau untuk menanyakan tindakan-tindakan yang beliau lakukan. Beliau tahu kalau ia datang pada undangan tersebut ia akan ditangkap.
Baca juga kolonialisme masa pemerintahan Belanda.
Akibatnya pada tanggal 25 Juli 1825 pasukan Belanda menyerbu Tegalrejo dan kemudian direspon oleh pasukan Diponegoro dengan balik melawan. Beliau dan keluarganya berhasil melepaskan diri dari serangan Belanda dan bersama pasukannya menyingkir ke Gua Selarong, barat daya Yoryakarta. Di tempat itu, Pangeran Diponegoro bersama pasukannya menyusun rencana untuk menyerang Belanda. Di tempat itu juga, beliau mendapat bantuan dari warga-warga sekitar yang telah lama menderita karena ulah kolonial.
Bergabung juga para Ulama, salah satunya adalah Kyai Mojo, seorang ualam asal Surakarta. Istilah "Perang Sabil" dikumandangkan ke segenap wilayah baik itu yang berada di Gua Selarong, maupun ditempat-tempat lain.
Pertempuran-pertempuran yang terjadi pada kurun waktu 1825-1826 berhasil dimenangkan oleh beliau dan pasukannya. Latar Belakang Perang Diponegoro.
A. Semangat yang tinggi dari pasukan.
B. Siasat gerilya yang sangat rapi dan belum tertandingi.
C. Pasukan Belanda masih belum terkumpul karena sebagaian masih di Sumatra Barat untuk menjalani Perang Padri.
Latar Belakang Perang Diponegoro
Pasukan Diponegoro semakin kuat dan menjadi salah satu pasukan yang ditakuti oleh Belanda waktu itu. Medan pertempuran yang semakin meluas serta berbagai kemenangan yang diraih oleh Diponegoro dan pasukannya membuat Belanda menjadi ketar-ketir, untuk itu Belanda menggelar berbagai siasat-siasat untuk melemahkan Diponegoro dan Pasukannya. Berikut siasat-siasat yang Belanda lakukan.
Sultan HB II (Sultan Sepuh) yang senelumnya dibuang Raffles ke Penang dipulangkan kembali ke Yogyakarta guna mendatangkan perdamaian sehingga para bangsawan yang memihak Diponegoro mau kembali ke keraton. Namun siasat tersebut gagal karena Sultan Sepun tidak memiliki wibawa lagi dan tidak lama setelah itu ia meinggal.
Jendral de Kock melakukan bujuk rayu kepada para pengikut Diponegoro khususnya orang yang memiliki kekuasaan sebelumnya. Mereka dijanjikan akan mendapat uang dan kedudukan yang mereka inginkan. Siasat tersebut akhirnya berhasil, satu persatu mereka kembali lagi ke Ibu Kota dan meninggalkan Pangeran Diponegoro.
Siasat yang dilakukan selanjutnya adalah dengan membangung benteng-benteng di daerah-daerah yang berhasil direbut, tujuannya adalah agar ruang gerak dari pasukan Diponegoro semakin sedikit.
Setelah terdesak, Belanda melakukan pendekatan agar Diponegoro mau untuk diajak damai. Namun terjadi kegagalan.
De Kock semakin ketar-ketir karena kian hari pasukan Diponegoro semakin banyak dari warga Magelang, disisi lain pemerintahnya menuntutnya untuk bisa secepatnya menghentikan serangan-serangan yang dilakukan oleh Diponegoro.
Melalui sebuah perundingan, akhirnya pangeran Diponegoro ditangkap dan kemudian diasingkan ke Makasar hingga beliau wafat pada tanggal 8 Januari 1855.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar